Rabu, 07 Oktober 2015

PUISI 2015



TAHUN BARU (UNTUKMU KEKASIHKU)
Sebuah rasa muncul kala tahun kan berganti
Kusambut tahun yang baru bersama macam rasa yang singgah dihatiku
Harapku termenung dalam asa
Harapku menjulang dalam diam yang kusimpan dengan paksa

Selamat datang tahun yang baru
Kata itu berulang kuucap
Suka dan duka berjalan berdampingan
Dan ada duka yang berjalan menghalang suka

Sang malam berkata
Dukamu adalah tawamu di waktu yang akan datang
Sempat kubertanya padanya
Kapan tawa itu kan datang menyapaku??

Hatiku berbalik arah
Ketika kupertanyakan tentang tawa yang akan menyapa
Aku Menatap jauh kepada seorang yang ingin kusambut
Dan kukatakan, aku menunggumu depan pintu

Kekasihku,
Aku tak bisa menyambutmu ketika ku menyambut tahun yang baru
Tak ada kata yang mampu kuucap selain aku mencintaimu
Rasa cinta itu mengikatku hingga ku tak mampu lagi bergerak

Kekasihku,
Kata itu pelepas dahaga bagiku
rasa itu menyimpan banyak Tanya dalam jiwaku yang rengsa
namun ku tak ingin mengetahui jawaban dari Tanya itu

kekasihku,
kau tak perlu tahu seberapa besar cintaku
kau juga tak perlu tahu sampai kapan aku memcintaimu
namun kau perlu tahu, nyawaku adalah milikmu

kekasihku,
gandenglah tanganku meski jarak menghalangi
tersenyumlah untukku meski kau hanya tersenyum depan cermin
katakana cinta kepadaku meski itu hanya kau tulis dalam secarik kertas using

kekasihku,
namamu terlukis indah di hatiku
kuukir dengan rasa yang tak mampu ku ucap
dan ku ingin kau tahu lukisan itu meski menurutmu itu biasa saja

kekasihku,
ketika mentari pagi datang tersenyum kepadaku
kuteringat senyummu yang tak sempat kulihat dipagi hari
adakah waktu pagi yang mengantarkan senyummu untukku??

gemercik suara hujan di malam hari
mengingatkanku tentang dirimu yang kini tak kulihat keadaanmu
rasa takut membalut dadaku dalam resahku tentangmu
dan aku bertanya, seperti inikah cintaku untuknya?






MATI TETAPI BERNYAWA
                                                                        17 agustus 2015
Empat tahun yang lalu aku mati
Tetapi aku punya nyawa sayang
Merangkak dari kehidupan berangan-angan
Tentang panda yang berkepala harimau
Aku hendak berkata kala senyumku sedang beku, namun
Mulutku rapat dan terkunci
Tetapi aku bisa berbicara sayang
Kakiku kaku dan beku
Tetapi aku bisa berjalan sayang
Berjalan, berjalan beralas duka
Beralas duka pada masa silam
Dukaku yang risau telah mentato tubuhku
Menjadi luka saat kupaksa dihapus
Jasadnya kini menjadi tanda di dada
Meninggalkan pesan yang tersirat pada satu jari
Dan kini ku tahu
Segalanya tinggal masa kenangan
Yang berdinding kabut samar

 




IRAMA WAKTU
Siapakah waktu itu
entah aku sungguh tak tahu
apa pula tandanya?

kata orang awam
waktu itu tuhan ciptakan
agar manusia mengenal batas

lalu batas apakah?
sampai manakah batas itu?
mungkin waktu itu tiada batas?

namun ada tanda
hingga waktu itu hilang
ketika tiada lagi perhitungan





CERULIT DALAM TUBUHKU
Cerulit itu telah menghantam tulang belulangku
Mematahkan asa yang sempat tergores beberapa tahun silam
Aku berdiri merintih sakit
Menimbang tentang dia yang teramat dicinta

Tak ada yang bisa mengatakan pasti
Ketika cerulit itu hilang dalam genggaman
Tanganku penuh darah
Namun tak hancur

Apalah arti pengabdian tanpa harga
Jika akhirnya cerulit itu menyisakan luka
Meninggalkan bekas dan air mata
Tanpa kata dalam hening malam yang merasuk sepi

Kini tubuhku menggigil dalam rasa hampa
Rasaku mati muda tentang cerulit itu

Darahku mengalir ngilu ketika kalbuku tertutup
Dan aku lebih baik jika tanpa cerulit