Minggu, 08 Juli 2012

Puisi 08 juli 2012

PUISI Perjalanan Hidup 

JUDUL ( belum ditentukan )
terdengar suara seakan itu suaramu
mengucapkan doa
terlihat lambaian tangan saat kubuka jendela
tak tahu suara apa dan tangan siapa

ingin aku pergi ke sungai kala itu
menemui ombak yang deras kala hujan tiba
biar rindu dan rasa sakitku terbawa arus sungai
dan membuang semua ranting yang sudah lapuk

sungguh hati terluka
saat kau panggang jiwaku di atas jembatan goyang
tanganku hampir tak mampu berpegang erat di dahan
kau telah jadikan aku permaesuri di atas jurang yang tinggi

lemah tak berdaya saat berjalan di aats bukit
seribu kali kupanggil namamu
kemarilah dan tolonglah meski sejenak


JUDUL (belum ditentukan )
terus melangkah.....
terus berjalan meski kaki penuh darah dan tak beralas
duka lara kian menghujam
sejenak tertidur lelap ditengah jalan

kau hadir dalam mimpi singkatku
lalu ku terbangun dan teringat kembali masa itu
lupakanlah dan lupakanlah
terus aku melaju pada satu arah

lelah, haus dan lapar terasa mencekam
haruskah aku berhenti disini
lalu dimanakah
tempat yang nyaman untuk mengeringkan keringat

berjalan sendiri
bukan alasan untuk tidak sampai ke tujuan
walau saat ini tujuanku tak pasti
tapi yakinlah disana akan ada dermaga tempat berlabuh


JUDUL (belum ditentukan)
tak kuasa melihatnya
namun aku tak mampu membantunya
hanya alunan doa yang kuberikan
semoga kau tak lagi mentangisi aku

setiap hari ditengah terik matahari
kau berlaju bermandikan keringat
demi sekepal nasi dan kau menyimpannya
untuk apa kau menyimpan berkepal-kepal nasi

dalam diam aku merenung
tak tahu harus bagaimana membalas jasa mereka
demi memperjuangkanku tak peduli hidup atau mati

JUDUL (belum ditentukan)
dalam diamku sungguh tak sanggup
mengingat kau yang telah berlari
berjuta kenangan tak mampu lagi kuingat

perlu waktu satu detik untuk menjatuhkanku
kau tertawa melihat aliran airmataku
kau gembira melihatku setengah mati

sangat lama aku menunggu
kata maaf terucap dari mulutmu
kau ingat, diriku dulu kau puja

sia-sia telah kau nyalakan api
rupanya kau menyesal
aku tidak akan hangus terbakar apimu


JUDUL (Belum ditentukan)
aku menerima dengan tulus
aku memilih dengan ikhlas
kau beri aku tumpukan yang sangat berat
aku sabar

kau tak tahu 
dan takan pernah tahu
hampir aku tak mampu berdiri tegak
disetiap hening malam hampir ku tak sadar

rasanya ingin ku robek saja hati ini
lalu kubuang jauh kesana
biar tak lagi merasakan
merasakan rasa sakit dan kecewa

detak jantungku
lebih kencang dari berdetaknya jarum jam 
disetiap detak jantungku
sekakan nafasku berhenti saat itu

tangan tak mampu lagi menggenggam
kaki tak mampu lagi melangkah
bibir tak mampu lagi berkata
hanaya pasrah dan menerima