TAHUN
BARU (UNTUKMU KEKASIHKU)
Sebuah
rasa muncul kala tahun kan berganti
Kusambut
tahun yang baru bersama macam rasa yang singgah dihatiku
Harapku
termenung dalam asa
Harapku
menjulang dalam diam yang kusimpan dengan paksa
Selamat
datang tahun yang baru
Kata itu
berulang kuucap
Suka dan
duka berjalan berdampingan
Dan ada
duka yang berjalan menghalang suka
Sang
malam berkata
Dukamu
adalah tawamu di waktu yang akan datang
Sempat
kubertanya padanya
Kapan
tawa itu kan datang menyapaku??
Hatiku
berbalik arah
Ketika
kupertanyakan tentang tawa yang akan menyapa
Aku
Menatap jauh kepada seorang yang ingin kusambut
Dan
kukatakan, aku menunggumu depan pintu
Kekasihku,
Aku tak
bisa menyambutmu ketika ku menyambut tahun yang baru
Tak ada
kata yang mampu kuucap selain aku mencintaimu
Rasa
cinta itu mengikatku hingga ku tak mampu lagi bergerak
Kekasihku,
Kata itu
pelepas dahaga bagiku
rasa itu
menyimpan banyak Tanya dalam jiwaku yang rengsa
namun ku
tak ingin mengetahui jawaban dari Tanya itu
kekasihku,
kau tak
perlu tahu seberapa besar cintaku
kau juga
tak perlu tahu sampai kapan aku memcintaimu
namun kau
perlu tahu, nyawaku adalah milikmu
kekasihku,
gandenglah
tanganku meski jarak menghalangi
tersenyumlah
untukku meski kau hanya tersenyum depan cermin
katakana
cinta kepadaku meski itu hanya kau tulis dalam secarik kertas using
kekasihku,
namamu
terlukis indah di hatiku
kuukir
dengan rasa yang tak mampu ku ucap
dan ku
ingin kau tahu lukisan itu meski menurutmu itu biasa saja
kekasihku,
ketika
mentari pagi datang tersenyum kepadaku
kuteringat
senyummu yang tak sempat kulihat dipagi hari
adakah
waktu pagi yang mengantarkan senyummu untukku??
gemercik
suara hujan di malam hari
mengingatkanku
tentang dirimu yang kini tak kulihat keadaanmu
rasa
takut membalut dadaku dalam resahku tentangmu
dan aku
bertanya, seperti inikah cintaku untuknya?
MATI
TETAPI BERNYAWA
17
agustus 2015
Empat
tahun yang lalu aku mati
Tetapi
aku punya nyawa sayang
Merangkak
dari kehidupan berangan-angan
Tentang
panda yang berkepala harimau
Aku
hendak berkata kala senyumku sedang beku, namun
Mulutku
rapat dan terkunci
Tetapi
aku bisa berbicara sayang
Kakiku
kaku dan beku
Tetapi
aku bisa berjalan sayang
Berjalan,
berjalan beralas duka
Beralas
duka pada masa silam
Dukaku
yang risau telah mentato tubuhku
Menjadi
luka saat kupaksa dihapus
Jasadnya
kini menjadi tanda di dada
Meninggalkan
pesan yang tersirat pada satu jari
Dan kini
ku tahu
Segalanya
tinggal masa kenangan
Yang
berdinding kabut samar
IRAMA WAKTU
Siapakah
waktu itu
entah aku
sungguh tak tahu
apa pula
tandanya?
kata
orang awam
waktu itu
tuhan ciptakan
agar
manusia mengenal batas
lalu
batas apakah?
sampai
manakah batas itu?
mungkin
waktu itu tiada batas?
namun ada
tanda
hingga
waktu itu hilang
ketika
tiada lagi perhitungan
CERULIT
DALAM TUBUHKU
Cerulit
itu telah menghantam tulang belulangku
Mematahkan
asa yang sempat tergores beberapa tahun silam
Aku
berdiri merintih sakit
Menimbang
tentang dia yang teramat dicinta
Tak ada
yang bisa mengatakan pasti
Ketika
cerulit itu hilang dalam genggaman
Tanganku
penuh darah
Namun tak
hancur
Apalah
arti pengabdian tanpa harga
Jika
akhirnya cerulit itu menyisakan luka
Meninggalkan
bekas dan air mata
Tanpa
kata dalam hening malam yang merasuk sepi
Kini
tubuhku menggigil dalam rasa hampa
Rasaku
mati muda tentang cerulit itu
Darahku
mengalir ngilu ketika kalbuku tertutup
Dan aku
lebih baik jika tanpa cerulit